JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) merupakan upaya nyata Pemerintah Presiden Prabowo, untuk memastikan setiap anak sekolah mendapatkan asupan gizi seimbang yang berkualitas. Selain memberdayakan masyarakat sekitar sebagai tenaga dapur, program ini juga memberdayakan masyarakat penyedia bahan pangan lokal.
Program MBG ini digagas sebagai inisiatif Presiden Prabowo Subianto untuk menekan angka stunting dan meningkatkan kualitas gizi anak.
Menurut Kolonel Inf Erin Andriyanto, selaku Analis Kebijakan Ahli Madya Direktorat Penyaluran Wilayah III BGN, bahwa program ini dirancang untuk memastikan setiap anak, mulai dari balita hingga SMA, mendapatkan asupan bergizi sesuai standar kalori dan protein. Selain itu juga keterlibatan masyarakat sebagai tenaga dapur dan penyedia bahan pangan lokal juga menjadi kunci sukses keberhasilan MBG.
Senada dengan Erin Andriyanto, Teguh Supatgandi, selaku Staf Direktorat Promosi dan Edukasi Gizi BGN dalam suatu kesempatan menyampaikan bahwa MBG bukan soal seberapa banyak porsinya, tapi kualitas gizi seimbang yang terkandung di dalamnya. Edukasi tentang gizi seimbang dimulai dari keluarga agar anak-anak tumbuh sehat dan cerdas.
Terus Berbenah
Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dimulai sejak awal tahun 2025, masih ditemukan beberapa permasalahan. Untuk itu dari hari ke hari terus dilakukan pembenahan, sehingga ke depan program MBG ini bisa menjadi program unggulan bagi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, yang memberikan dampak positif bagi anak – anak dan warga masyarakat secara luas.
Salah satu pembenahan yang terus dilakukan terkait masalah dapur, beberapa masukan dari beberapa pihak untuk lebih memberdayakan dapur sekolah.
Konsepnya, bahwa dapur sekolah bukan saja dari sekadar memasak makanan, tetapi merupakan investasi strategis. Hal ini merupakan pergeseran dari sekadar program bantuan menjadi program pembangunan masyarakat.
Dengan melibatkan semua pihak, mulai dari siswa hingga komunitas, program ini dapat menjamin makanan yang aman dan bergizi, sambil membangun kemandirian ekonomi lokal dan memperkuat ikatan sosial.
Direktur Eksekutif Mubarok Institut, Fadhil As Mubarok mengusulkan agar dapur umum diubah ke dapur sekolah yang lebih mudah, efektif, dan efisien. Konsep dapur sekolah kata Mubarok bukan sekadar alternatif untuk memasak makanan tetapi sebuah pendekatan yang mentransformasikan program bantuan pangan menjadi sebuah ekosistem yang berkelanjutan dan bermanfaat secara luas.
Hal ini merupakan salah satu solusi yang bergerak dari model terpusat yang rentan masalah menuju model desentralisasi yan lebih kuat dan akuntabel.
Sementara menurut anggota Komisi IX DPR RI, dr. Maharai, saat sosialisasi Program MBG di Rokan Hilir, Riau, beberapa pekan lalu, berharap perlunya variasi dapur umum, sehingga dapat menjangkau lebih banyak sekolah sekaligus untuk meningkatkan ekonomi lokal.
“Manfaat program ini tidak hanya dirasakan anak-anak sekolah, tetapi juga ibu hamil, ibu menyusui dan masyarkat sekitar yang turut diberdayakan sebagai tenaga dapur,” pungkas, Anggota DPR RI dari Fraksi Partai Golkar. (ws)