JAKARTA – Dapur Sekolah merupakan sebuah solusi yang cerdas dan holistik untuk mengatasi problematika terkait Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ada saat ini.
Hal tersebut disampaikan oleh Chairman of Mubarok Institute, Fadhil As.Mubarok kepada pers merespons masih banyaknya masalah muncul dari program yang digagas Presiden Prabowo itu.
Lebih lanjut, Fadhil As.Mubarok menegaskan bahwa ide terbentuknya Dapur Sekolah yang ditawarkannya merupakan konsep yang menarik untuk mengatasi masalah makanan basi dan keracunan di sekolah yang terjadi akhir-akhir ini.
Konsep ini lanjutnya, tidak hanya fokus pada aspek keamanan pangan, tetapi juga membawah manfaat ekonomi, sosial, dan edukasi bagi seluruh ekosistem sekolah. Konsep Dapur Sekolah memfokuskan pada produksi makanan yang dilakukan lansung di lingkungan sekolah, bukan melalui katering dari luar atau dapur umum yang cukup berjarak.
Mubarok juga menegaskan bahwa melalui konsep Dapur Sekolah ini, sedikitnya menawarkan 6 (enam) keuntungan signifikan, yaitu;
Pertama, melibatkan guru, staf dan masyarakat terdekat sekolah. Model Dapur Sekolah ini membuka peluang bagi para guru dan staf sekolah untuk berpartisipasi dalam proses penyiapan makanan.
Di samping itu menurut Mubarok, konsep ini juga bisa memberdayakan masyarakat sekitar sekolah, misalnya ibu-ibu rumah tangga atau pengusaha kecil yang bisa direkrut untuk mengelola dapur tersebut. Sehingga menciptakan lapangan kerja lokal dan memperkuat ikatan antara sekolah dan komunitas.
Kedua, kepastian makanan tidak basi. Dengan menyiapkan makanan langsung di tempat, waktu antara memasak dan penyajian menjadi sangat singkat. Hal ini secara efektif menghilangkan risiko makanan menjadi basi atau terkontaminasi selama proses pengiriman. Selain itu, porsi yang disesuaikan dengan jumlah siswa di satu sekolah juga meminimalisir sisa makanan.
Ketiga, menerapkan budaya antri dan mandiri. Sistem prasmanan mengajarkan siswa untuk bersikap mandiri dalam mengambil porsi makanan mereka sendiri. Hal ini juga melatih kesabaran dan kedisiplinan melalui budaya antri yang merupakan pelajaran penting di luar akademik.
Keempat, menu sesuai selera siswa. Dengan adanya Dapur Sekolah yang dikelola pihak sekolah, penyesuaian menu juga bisa dilakukan lebih fleksibel berdasarkan preferensi siswa, ketersediaan bahan lokal, atau kebutuhan gizi tertentu.
Sekolah bisa mengadakan survei menu atau melibatkan orang tua dalam perencanaan, memastikan makanan yang disajikan lebih disukai dan dimakan habis.
Kelima, jauh lebih hemat. Dengan Dapur Sekolah maka bisa memangkas biaya operasional, distribusi, dan biaya pengiriman. Dana yang dihemat bisa dialihkan untuk membeli bahan-bahan berkaulitas atau meningkatkan variasi menu.
Keenam, tidak memerlukan mobil distribusi. Poin ini adalah salah satu penghematan terbesar, tanpa perlu pengangkutan makanan dari lokasi yang jauh, risiko keterlambatan, kecelakaan, dan kontaminasi selama perjalanan dapat dihindari sepenuhnya.
Dapur Sekolah adalah pendekatan yang lebih dari sekadar menyediakan makan siang gratis atau bergizi. Ini adalah sistem terintegrasi yang menyentuh berbagai aspek, termasuk ekonomi lokal, pendidikan karakter, dan manajemen logistik.
Dengan perencanaan yang matang dan dukungan dari berbagai pihak, konsep Dapur Sekolah dapat menjadi model yang efektif untuk memastikan anak-anak mendapatkan makanan bergizi dan aman, sambil memberikan dampak positif yang lebih luas bagi masyarakat. (ws)